Minggu, 17 Juli 2011

Untuk Calon Istriku


Bila ditanya tentang NIKAH

Rasanya tak bisa menjawab

Tapi suatu saat nanti pasti akan dijalani

Bukan mudah menyatukan dua hati

Untuk waktu lama hingga akhir zaman

Sebab menikah merupakan proses membuka tabir

Yang dirahasiakan

Aku sang calon suami

Sosok lelaki yang akan menikahi kamu

Wahai kekasih

Memanglah bukan sosok mulia

Seperti Muhammad

Tidak pula begitu gagah

Seperti Musa

Apalagi setampan Yusuf

Justru aku,

Suamimu hanyalah pria

Yang akan menemanimu hingga akhir zaman

Hanya memiliki segudang romantisme

Segudang cita-cita

Dan sejuta harapan untuk meneruskan

Zuriat-zuriat soleh dan soleha

Kelak...

Menikah memang suatu pelajaran baru untuk kita

Yang memang wajib kita pelajari

Aku sebagai suami, kelak

Tak ubahnya sebuah naungan

Dan kamu sebagai orang yang dinaunginya

Ibaratkan sebuah rumah

Kamu penghuninya

Layaknya nakhoda, kamulah penumpangnya

Bagaikan raja, kamu permaisurinya

Ibaratkan aku ular berbisa, kamu menjadi penawarnya

Umpama aku pengemudi yang mengantuk

Hingga aku hampir lepas kendali

Kamu mampu menjadi pengendali yang ulung

Wahai istriku...

Bila nikah nanti

Kita harus mengenali pentingnya iman dan taqwa

Seperti pesantren kecil yang mengajarkan kita tentang

Arti kesabaran, keikhlasan dan ketegaran

Dalam menempuh jalan yang kita lalui bersama

Antara aku dan istriku

Untuk calon istriku

Aku ingin kamu jagalah mahkota yang berharga

Yang kamu miliki

Hiiasi dia dengan sejumput berlian, intan dan permata

Jagalah ia sampai aku bisa menyentuhnya dan melihatnya

Karena ku yakin

Kamulah satu-satunya wanita terindah yang kumiliki

Setelah ibu yang melahirkanku

Kamulah wanita akhir zaman

Yang akan menemaniku hingga detik zaman berakhir...

Negeri Pantun, 12 Juli 2011

My room, 19.35 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar