![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ6xY_vnpUGzuh5iEsy3imviYFwm_ar11TIRkdfSkHRrWceGA_5Df73Frd0Xm6MqvV6QuNQxxG2wwKnWRgbwgc1dRK-UwCTPyUcOgzpkrLj3FCmSlz30qOGoOvFKDMzmqsDd63SRt9DijF/s400/akhwat22.jpg)
Bila ditanya tentang NIKAH
Rasanya tak bisa menjawab
Tapi suatu saat nanti pasti akan dijalani
Bukan mudah menyatukan dua hati
Untuk waktu lama hingga akhir zaman
Sebab menikah merupakan proses membuka tabir
Yang dirahasiakan
Aku sang calon suami
Sosok lelaki yang akan menikahi kamu
Wahai kekasih
Memanglah bukan sosok mulia
Seperti Muhammad
Tidak pula begitu gagah
Seperti Musa
Apalagi setampan Yusuf
Justru aku,
Suamimu hanyalah pria
Yang akan menemanimu hingga akhir zaman
Hanya memiliki segudang romantisme
Segudang cita-cita
Dan sejuta harapan untuk meneruskan
Zuriat-zuriat soleh dan soleha
Kelak...
Menikah memang suatu pelajaran baru untuk kita
Yang memang wajib kita pelajari
Aku sebagai suami, kelak
Tak ubahnya sebuah naungan
Dan kamu sebagai orang yang dinaunginya
Ibaratkan sebuah rumah
Kamu penghuninya
Layaknya nakhoda, kamulah penumpangnya
Bagaikan raja, kamu permaisurinya
Ibaratkan aku ular berbisa, kamu menjadi penawarnya
Umpama aku pengemudi yang mengantuk
Hingga aku hampir lepas kendali
Kamu mampu menjadi pengendali yang ulung
Wahai istriku...
Bila nikah nanti
Kita harus mengenali pentingnya iman dan taqwa
Seperti pesantren kecil yang mengajarkan kita tentang
Arti kesabaran, keikhlasan dan ketegaran
Dalam menempuh jalan yang kita lalui bersama
Antara aku dan istriku
Untuk calon istriku
Aku ingin kamu jagalah mahkota yang berharga
Yang kamu miliki
Hiiasi dia dengan sejumput berlian, intan dan permata
Jagalah ia sampai aku bisa menyentuhnya dan melihatnya
Karena ku yakin
Kamulah satu-satunya wanita terindah yang kumiliki
Setelah ibu yang melahirkanku
Kamulah wanita akhir zaman
Yang akan menemaniku hingga detik zaman berakhir...
Negeri Pantun, 12 Juli 2011
My room, 19.35 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar