![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ptQfIls888Is9fsyXBqXDjxR6Cx6UsJk2F602vmAtWbMbMrT6xyYzzREBYdixIuDayt7pEy6UCZAigkkyCYxdjGYr5EWqmnLn0o6Ismau9ROJM-2Wg3i9ZQwNLcfYRk1dznbhnu5wu3_/s400/IMG00055-20110621-0135.jpg)
Tak ada kata yang terbuang
Disaat kutampi dengan segenap ikhlas
Tatkala malam menjadi lapuk
Ditelan rembulan yang pekat
Dan hampir saja aku dilahap waktu
Dengan segala tiung yang bergaung
Apakah selambat malam
Aku terbangun dengan fajar
Menyingsing hari
Juadah dipatuk fatamorgana
Yang berkutat dalam seribu alasan
Rasanya aku telah menjadi prajurit puasisih
Selalu malu dan tak mungkin bisa maju
Kapan rembulan membisukan diri
Dan sejak bila malam itu menjadi tilam
Yang empuk untuk aku membagi mimpi
Dengan segenap letihku yang tak berujung
Bisa saja aku tertelan alam
Hingga tertatih diri
Negeri pantun, 19 Juni 2011
22.53 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar