Sabtu, 27 Agustus 2011

Rabu, 24 Agustus 2011

Selasa, 23 Agustus 2011


USUL MENUNJUKKAN ASAL, BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA


Oleh : Fakhriyansyah

Tatkala fajar membahana melembayung di ufuk barat, terfikir pula tentang harapan untuk esoknya akankah bisa menapaki hari dengan sempurna seperti hari ini. Ada sebuah harapan besar tentang darah yang mengalir pada diri ini tentang MELAYU. Ada sedikit problema yang dihadapi oleh kita penerus Melayu dewasa ini. Yaitu mengenai budi dan bahasa. Melayu identik dengan sekumpulan orang yang berdiam di suatu wilayah dengan memiliki karakter dan budaya yang berbudi bahasa santun. Ingatlah, dalam Gurindam 12 pasal 5, Raja Ali Haji mengutamakan budi dan bahasa dalam bait pertama, yang berbunyi : Jika hendak mengenal orang berbangsa/ Lihat kepada budi dan bahasa//. Inilah tonggak yang, dimana kita yang memiliki garis keturunan dan berdarah Melayu harus mempertahankannya.

Ada sebuah ungkapan atau cakap-cakap orang-orang tua Melayu zaman dahulu tentang budi dan bahasa, yakni : Usul menunjukkan asal, bahasa menunjukkan bangsa dan ada juga yang mewariskan peribahasa yang mengatakan : Taat pada petuah, setia kepada sumpah, mati pada janji, melarat karena budi. Hidup di dunia hendaknya berbudi pekerti luhur, berbudi bahasa, bersopan santun dan berkelakuan yang baik. Sebab kemanapun akan kita langkahkan kaki ini, orang akan merasakan kenyamanan bila berdekatan kita atau orang lain akan menjadi senang dengan kita. Buatlah kesan yang menyenangkan bila berhadapan dengan sesiapapun.

Mengenai budi dan bahasa Melayu, ini sangat relevan sekali bila digandengkan dengan dunia pendidikan. Dewasa ini, sedang digencar-gencarnya digiatkan dan diaplikasikan ke semua jenjang pendidikan mengenai pendidikan karakter dan budaya bangsa. Yang katanya, akan menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki budi pekerti luhur, cerdas dan berakhlak mulia. Hal ini memang awalnya sangat sulit dilakukan dan diterapkan. Sebab, untuk membangun ini semua membutuhkan waktu yang relatif lama. Semulanya ada 18 butir-butir pendidikan karakter dan budaya bangsa kini bertambah menjadi 20 butir. Kalau ditilik secara mendetail, semuanya itu sangat relevan dengan budi dan bahasa Melayu.

Kebanyakan masyarakat saat ini, sudah banyak yang mulai memudarkan hal-hal yang sudah dijelaskan diatas. Budi dan bahasa yang sudah kekal dan mendarah daging di masyarakat Melayu, seolah memudar bagaikan kain yang lusuh. Kurang bersopan santun, berbicara tak kenal jenjang, apakah dengan yang anak-anak, sebaya usia, orang tua dan pemimpin sepertinya dianggap sama rata. Inilah dilema yang kita hadapi dan merupakan tugas kita untuk mengubahnya. Tersebab kalau tidak seperti itu, kemungkinan kebiasaan bersopan santun berbudi bahasa orang Melayu, lambat laun akan hilang ditelan zaman dan keegoisan manusia modern. Ingatlah pesan Hang Tuah, Tak kan Melayu hilang dibumi.

Yang kurik itu kundi

Yang merah itu saga

Yang cantik itu budi

Yang indah itu bahasa

PUISI SEBAGAI CATATAN HARIAN

Oleh : Fakhriyansyah

Menulis puisi adalah suatu kegiatan nyata yang menuangkan segenap inspirasi, imajinasi dan kreatifitas kita dalam bentuk tulisan. Sebenarnya tanpa kita sadari setiap hari kita sudah melakukan kegiatan berpuisi meskipun dalam bentuk ragam tuturan lisan. Puisi juga sebagai suatu hobby yang luar biasa indah dan tidak memerlukan tenaga yang ekstra dan otot yang kuat. Kekuatan puisi terletak pada sisi keindahan dari si penulisnya atau penggubahnya. Puisi adalah panggilan jiwa yang mampu membantu si penulis atau pembaca untuk dapat mendalami makna yang seharusnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

FAKHRIYANSYAH, sosok yang mengagumi puisi dan juga gemar menulis puisi dalam setiap kegiatan. Pengagum Hj. Suryatati A Manan ini, memang sosok yang bersahaja. Lahir di Kota Tanjungpinang Kota Gurindam Negeri Pantun, 05 Mei 1991. Anak bungsu dari 2 bersaudara ini, aktif dan giat dalam dunia puisi, pantun, syair dan gurindam. Sehingga pada suatu kesempatan ia diberikan gelar oleh gurunya diwaktu SMP yaitu BUDAK GURINDAM. Lulusan SD Negeri 005 (003, skrg) Tanjungpinang Barat pada tahun 2003, SMP Negeri 1 Tanjungpinang (2006) dan SMA Negeri 1 RSBI Tanjungpinang (2009) ini telah bekerja di SMP Negeri 5 Tanjungpinang sebagai staf pengajar Bahasa Indonesia dan juga Pengelola Pustaka. Dan ia juga sebagai mahasiswa FKIP Umrah Tanjungpinang.

Menurutnya, puisi adalah suatu catatan harian yang sudah barang tentu dijadikan kegiatan pokok. Sebabnya, tanpa menulis dan menuangkan inspirasi melalui puisi, baginya sangat tidak nyaman dan kesehariannya tak berwarna. Menulis puisi tak perlu dalam keadaan sepi atau hening bahkan menyendiri di ruangan gelap. “Dimanapun kita bisa menulis puisi, banyak orang yang berpendapat untuk menulis puisi haruslah dalam keadaan sepi dan tidak dapat diusik. Asalkan konsentrasi kita penuh dan fokus, Insya Allah akan menelurkan puisi yang bagus” tuturnya.

Untuk memulai menulis puisi awalnya memang sulit. Fakhri memiliki trik khusus bagi pemula dalam hal menulis puisi. Tulislah segala hal yang menurut Anda menarik dan mengusik perhatian. Hindari kata-kata yang lazim digunakan dan bersifat non-puitis. Bukan berarti semua kata diubah menjadi puitis. Tulis hingga selesai. Jangan pernah beranggapan bahwa puisi itu bagus atau jelek, biarkan saja. Kemudian revisi puisi itu, apakah perlu ditambahkan atau dikurangi kata-katanya. Yang terpenting baginya adalah banyak membaca referensi yang berkaitan dengan puisi dan buku-buku puisi dari penyair-penyair.

Hingga saat ini, Fakhri sudah menuliskan banyak puisi. “Saya menulis puisi dari saya duduk dikelas 2 SMP, hingga saat ini puisi saya berjumlah sekitar 300 judul puisi.” jelasnya. Dan ia juga berharap puisi-puisi yang ditulisnya itu dapat dibukukan dan dipublikasikan.

Jadikan puisi sebagai catatan harian pengganti diary. Ekspresikan keseharian kita dalam tulisan yang berbentuk puisi. Sebab dengan berpuisi, secara tidak langsung kita sudah menemukan solusi atau jawaban dari permasalahan yang kita hadapi. Nah, mari menulis puisi. Sebab dari menulis puisi kita akan kaya. Bukan berarti kaya akan harta, namun kaya akan pengalaman dan kosa kata. Mari menulis.... (20/03/11)